SEJARAH PEMPEK
Pempek merupakan kuliner khas Sumatera Selatan yang terbuat dari adonan berbahan dasar tepung tepung sagu dan ikan. Makanan ini biasanya disajikan dengan kuah lezat berwarna coklat yang kental yang memadukan rasa pedas, manis, dan sedikit asam atau tidak terlalu menyengat di mulut dan lidah. Pempek telah ada di Palembang sejak masuknya perantau Tionghoa ke Palembang, yaitu di sekitar abad ke-16, saat Sultan Mahmud Badaruddin II berkuasa di kesultanan Palembang-Darussalam. Menurut tradisi, nama empek-empek atau pempek diyakini berasal dari sebutan apek atau pek-pek, yaitu sebutan untuk paman atau lelaki tua Tionghoa. Akan tetapi cerita rakyat ini patut ditelaah lebih lanjut, karena beberapa bagian kisah ini kurang tepat dengan kronologi sejarah. Misalnya, singkong sebagai bahan tepung tapioka baru diperkenalkan bangsa Portugis ke Indonesia pada abad ke-16, sementara bangsa Tionghoa telah menghuni Palembang sekurang-kurangnya sejak masa Sriwijaya. Selain itu velocipede (sepeda) baru dikenal di Perancis dan Jerman pada abad ke-18. Sultan Mahmud Badaruddin pun baru dilahirkan pada tahun 1767. Meskipun demikian, mungkin pempek merupakan adaptasi dari makanan olahan ikan Tionghoa; seperti bakso ikan, kekian atau pun ngohiang.
Asal mula pempek memang berasal dari Palembang, namun sejarah asal mula hidangan ini kurang jelas. Dongeng tradisional mengaitkannya dengan pengaruh kuliner Tionghoa. Akan tetapi sebagian sejarawan menyebutkan bahwa pempek mungkin berasal dari makanan kuno yang disebut kelesan,[4] makanan kukus yang dibuat dari campuran adonan sagu dan daging ikan, dan diperkirakan sudah ada sejak zaman kerajaan Sriwijaya pada kurun abad VII Masehi.[5] Tepung sagu didapatkan dari pati batang pohon rumbia atau enau. (sumber: wikipedia.org)
Pada awalnya pempek dibuat dari daging ikan belida. Namun, dengan semakin langka dan mahalnya harga ikan belida, ikan tersebut lalu diganti dengan ikan gabus yang harganya lebih murah, tetapi dengan rasa yang tetap gurih. Pada perkembangan selanjutnya, beberapa jenis ikan sungai lainnya juga dapat digunakan. Penyajian pempek ditemani oleh kuah saus berwarna hitam kecokelat-cokelatan, yang disebut cuka atau cuko (bahasa Palembang). Cuko dibuat dari air yang dididihkan, kemudian ditambah gula merah, ebi (udang kering), cabai rawit tumbuk, bawang putih, dan garam. Bagi masyarakat asli Palembang, cuko dari dulu dibuat pedas untuk menambah nafsu makan. Namun seiring masuknya pendatang dari luar Pulau Sumatera maka saat ini banyak ditemukan cuko dengan rasa manis bagi yang tidak menyukai pedas. Pelengkap yang lain untuk menyantap penganan khas ini adalah mentimun segar yang diiris dadu dan mie kuning. (sumber: wikipedia.org)
JENIS JENIS PEMPEK
Ada beberapa jenis pempek, tergantung cara penyajian dan komposisi bahan atau isinya. Pempek yang paling terkenal adalah pempek kapal selam, yaitu pempek yang diisi dengan telur ayam dan digoreng dalam minyak panas. Ada juga jenis lain seperti pempek lenjer, pempek adaan yaitu pempek yang berbentuk bulat. Ada juga pempek kulit ikan, pempek pistel yang berisi irisan pepaya muda rebus yang sudah ditumis dan dibumbui, pempek telur kecil dan pempek keriting.
SEJARAH PEMPEK LICHAN
April 2018, tepatnya PEMPEK LICHAN HADIR, pertama kali mengikuti pameran di sekolah. Tapi tak kenal maka tak sayang, kata orang. Awal pempek lichan 2018, tetapi jauh sebelum ini, lewat nenek saya, pempek ini saya kenal, dan sekarang dilanjutkan ke anak cucu-cucunya. Besar harapkan kami kiranya, pempek lichan terus berkembang dan pempek menjadi makanan legenda di nusantara ini, sebagai warisan kuliner di indonesia.